Sudah Lima Kali Ajukan Proposal, Warga Stasiun 5 Talang Ubi Barat Masih Menanti Perbaikan Jalan

PALI, ZBS  – Warga Stasiun 5 Kelurahan Talang Ubi Barat, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), kembali menyuarakan keluhan terkait kondisi infrastruktur jalan di wilayah mereka yang kian memprihatinkan. Kerusakan jalan telah berlangsung cukup lama dan berdampak langsung pada aktivitas harian masyarakat, mulai dari akses masuk ke permukiman hingga jalur menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU).

Menurut warga, kondisi jalan yang berlubang, becek saat hujan, serta sulit dilalui kendaraan sudah sangat mengganggu. Jalan yang menjadi akses utama keluar masuk desa bahkan disebut kerap menyebabkan kendaraan warga terperosok. Sementara itu, jalan menuju TPU yang juga rusak parah menimbulkan kesulitan tersendiri saat masyarakat hendak melaksanakan pengurusan pemakaman.

Perwakilan warga menuturkan bahwa mereka telah berusaha menyampaikan aspirasi melalui jalur resmi. Proposal perbaikan jalan dikatakan sudah diajukan hingga lima kali kepada pemerintah kabupaten, namun belum ada respons. Situasi itu membuat warga merasa seperti tidak didengar meski kebutuhan tersebut termasuk kebutuhan mendasar.

“Kami mewakili seluruh warga Stasiun 5 sangat berharap pemerintah kabupaten memberikan perhatian serius. Jalan masuk ke desa kami rusak berat, dan jalan menuju TPU pun tak kalah parah. Sudah lima kali kami memasukkan proposal perbaikan, tetapi belum ada tindak lanjut. Kami mohon Bapak Bupati Asgianto dapat melihat langsung kondisi ini dan membantu kami,” ujar salah satu perwakilan warga, Minggu (9/11/2025).

Warga menilai perbaikan jalan sangat mendesak mengingat kerusakan yang dibiarkan terlalu lama berpotensi menghambat ekonomi warga, memperlambat mobilitas pelajar dan pekerja, serta menyulitkan layanan darurat. Pada beberapa kesempatan, kendaraan yang membawa warga sakit atau keperluan mendesak disebut terhambat karena kondisi jalan yang sulit dilalui.

Masyarakat Stasiun 5 berharap pemerintah kabupaten segera turun tangan dengan langkah konkret. Mereka menilai pembangunan atau perbaikan jalan bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga menyangkut kelayakan hidup dan kelancaran aktivitas sosial masyarakat.(Im)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *